LAPORAN
KULIAH KERJA PROFESI (KKP) FAKULTAS PERTANIAN 2010
DESA WINDUAJI KECAMATAN PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES
Oleh :
Reyna Prachmayandini A14070005
Mastika Wardhani A24070064
Purwito Djoko Yuwono A24070168
Dolpina A. Ratissa A34070051
Dimas Musa Wiguna A44070058
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KKP FAKULTAS PERTANIAN 2010
DESA WINDUAJI KECAMATAN PAGUNYAGAN KABUPATEN BREBES
Oleh :
Dimas Musa Wiguna A44070058
Reyna Prachmayandini A14070005
Purwito Djoko Yuwono A24070168
Mastika Wardani A24070064
Dolpina A. Ratissa A34070051
Dosen Pembimbing KKP 1 Dosen Pembimbing KKP 2
Ir. Hermanu Widjaja, M.Sc.
NIP. 19640830 199003 1 003
Mengetahui
Wakil Dekan
Dr. Ir. Aris Munandar. MS
NIP. 1956 17781983031003
RINGKASAN
Konsep pemanfaatan pola pekarangan berbasiskan konservasi yang ramah lingkungan, diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara fungsional maupun estetika di desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Brebes. Pola tanaman pekarangan yang dimaksud disini adalah mencoba memberikan pola tata ruang pekarangan yang mampu mengoptimalkan lahan yang ada untuk dapat berproduksi dengan baik, dan juga mengatur pola tata ruang pekarangan yang memiliki basin-basin area sebagai tempat pemanenan air, dan perancangan taman yang menonjolkan karateristik setempat. Konsep pemanfaatan pekarangan secara lebih fungsional ini, akan dilaksanakan dalam program Pekarangan Rumah yang Estetis dan Fungsional, Taman Sekolah yang Edukatif, dan Pekarangan Sayur Organik.
Pemanfaatan limbah pertanian di desa Winduaji, diharapkan mampu memberikan alternatif untuk meningkatkan produksi pertanian petani di desa Winduaji. Pemanfaatan limbah ini, terdiri dari pembuatan kompos, pembuatan pestisida nabati, dan program System of Rice Intensification (SRI) organic. Selain itu, terdapat juga program Pola Pemupukan Padi Sawah yang diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada petani dalam melakukan pemupukan berimbang.
Sebagai bentuk pengenalan pertanian, akan diadakan kegiatan Agrischool untuk anak-anak desa. Kegiatan ini meliputi pemberian materi, praktek langsung di lapangan, dan juga mewarnai, sehingga anak-anak dapat lebih tertarik dan mengerti terhadap materi yang disampaikan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan karunia-Nya makalah Kuliah Kerja Profesi (KKP) 2010 yang berjudul Pemanfaatan Limbah Pertanian dan Pola Pekarangan Rumah Ramah Lingkungan Di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes ini dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat sebagai bentuk laporan akhir dari kegiatan KKP 2010 yang telah dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2010. Adapun kegiatan yang terdapat dalam laporan ini merupakan bentuk program yang kami laksanakan di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terlaksananya kegiatan KKP dan proses penyelesaian makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing KKP Bapak Hermanu (selaku pembimbing I) dan Bapak Haryadi (selaku pembimbing II) . Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam evaluasi kegiatan KKP di masa yang akan datang.
Bogor, 9 Desember 2010
Penyusun,
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Brebes adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah,Indonesia. Luas wilayahnya 1.657,73 km², jumlah penduduknya sekitar 1.767.000 jiwa. Brebes merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk paling banyak di Jawa Tengah. Secara geografi, Kabupaten Brebes terletak di bagian barat Provinsi Jawa Tengah, dan berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Ibukota kabupaten Brebes terletak di bagian timur laut wilayah kabupaten. Kota Brebes bersebelahan dengan Kota Tegal, sehingga kedua kota ini dapat dikatakan “menyatu”. Kabupaten brebes sebelah utara berbatasan dengan laut jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cilacap dan Banyumas, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kuningan, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tegal dan Kota Tegal. Secara administratif Kabupaten Brebes terbagi dalam 17 kecamatan.
Kecamatan Paguyangan merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Brebes. Kecamatan ini memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar 5,77% dengan jumlah penduduk 95.367. Mata pencaharian pada umunya petani dan buruh tani. Total luas wilayah dan penggunaan lahan di daerah ini adalah 10.494 ha yang sebagian besar merupakan sawah, tegal, kebun campuran, pekarangan, dan hutan negara. Kecamatan ini berada di dataran tinggi dengan ketinggian wilayah 100 – 2.000 m dpl dan lereng berkisar dari 3-45% dengan relief berbukit, berombak, bergelombang, dan bergunung . Bentuk lahan berupa dataran, kipas lahar dan pegunungan/perbukitan, jenis tanah dominan alluvial dengan sedikit latosol dan grumusol, penggunaan lahan hutan, sawah, pemukiman dengan sedikit tegalan, tingkat kelerengan bervariasi dari landai (0 – 8%) sampai sangat curam (>45%), dan curah hujan 2500 – 5000 mm/th( bpdas-pemalijratun 2010 ).
Kondisi topografi dari desa Winduaji Kecamatan Paguyangan menjadikan kawasan tersebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya. Budidaya padi, kopi, cengkeh, kelapa, kapulaga, sengon yang biasa dibudidayakan di desa Winduaji dengan memanfaatkan pekarangan yang berada di lereng. Namun, dengan keadaan daerah yang memiliki potensi yang besar masih terdapat kendala dalam hal pengelolaan DAS yang kurang memadai sehingga ketersediaan air di daerah tersebut masih belum mencukupi, sektor pertanian juga terdapat berbagai kendala misalnya penggunaa pestisida kimia dalam mencegah hama dan penyakit pada tanaman masih tinggi dengan dosis dan konsentrasi yang tinggi pula, penggunaan teknik organik yang belum ada. Selain itu, jejaring didalam masyakarat pun masih kurang sehingga terjadi permasahalan dalam pascapanen tanaman di daerah tersebut.
1.2 Tujuan
a. Melakukan teknik pemanenan air secara konservasi untuk meningkatkan ketersediaan air
b. Perancangan taman yang fungisonal dan estetis
b. Mandiri dalam pembuatan kompos
c. Memperkenalkan SRI organic
d. Mandiri dalam pembuatan pestisida hayati
e. Meningkatkan kepedulian masyarakat desa terhadap lingkungan
f. Memberikan pendidikan seputar pertanian kepada anak-anak desa
g. Pemanfaatan pekarangan rumah
h. Petani melakukan pemupukan berimbang
1.3 Perumusan Masalah
a. Kurangnya ketersediaan air
b. Pekarangan sekolah dan rumah yang belum dimanfaatkan dengan baik dan benar
c. Ketergantungan petani terhadap pupuk kimia
d. Proses pascapanen yang kurang baik
e. Penggunaan pestisida kimia yang cukup tinggi
f. Kurangnya pemanfaatan limbah organik
g. Pola pertanaman padi konvensional yang tidak berbasis kearifan lokal
h. Ketidaktahuan petani terhadap pemupukan berimbang
i. Pengetahuan yang minim mengenai pertanian terhadap anak-anak
1.4 Keluaran yang Diharapkan
a. Ketersediaan air tercukupi bagi tanaman
b. Pekarangan sekolah dan rumah menjadi lebih bermanfaat dan estetis
c. Penggunaan pestisida hayati yang tinggi sebagai penganti pestisida dan bahan kimia
d. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan
e. Meningkatkan pendidikan anak-anak seputar pertanian
f. Petani bisa mandiri dalam melaksanakan pertanian organic
g. Petani mampu melakukan pemupukan berimbang
POTENSI WILAYAH DAN PERMASALAHAN
GAMBARAN UMUM KONDISI KECAMATAN PAGUYANGAN
Kecamatan Paguyangan merupakan salahsatu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Brebes. Kecamatan ini memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar 5,77% dengan jumlah penduduk 95.367. Mata pencaharian pada umunya petani dan buruh tani. Total luas wilayah dan penggunaan lahan di daerah ini adalah 10.494 ha yang sebagian besar merupakan sawah, tegal, kebun campuran, pekarangan, dan hutan negara. Kecamatan ini berada di dataran tinggi dengan ketinggian wilayah 100 – 2.000 m dpl dan lereng berkisar dari 3-45% dengan relief berbukit, berombak, bergelombang, dan bergunung . Bentuk lahan berupa dataran, kipas lahar dan pegunungan/perbukitan, jenis tanah dominan alluvial dengan sedikit latosol dan grumusol, penggunaan lahan hutan, sawah, pemukiman dengan sedikit tegalan, tingkat kelerengan bervariasi dari landai (0 – 8%) sampai sangat curam (>45%), dan curah hujan 2500 – 5000 mm/th.
Kondisi topografi dari Kecamatan Paguyangan menjadikan kawasan tersebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya. Total produksi padi di wilayah ini rata-rata 494.712 ton/tahun. Budidaya kentang, padi, jagung, ketela pohon, buncis, kubis, bawang merah , bawang putih, labu siam, teh, vanili, kopi, cengkeh, kelapa, kapok, kapulaga, jati, mahoni, sengon, pinus, dan sonokeling yang biasa dibudidayakan di Kecamatan Paguyangan dengan memanfaatkan pekarangan yang berada di lereng yang sangat curam. Namun, dengan keadaan daerah yang memiliki potensi yang besar masih terdapat kendala dalam hal pengelolaan DAS yang kurang memadai sehingga ketersediaan air di daerah tersebut masih belum mencukupi, sektor pertanian juga terdapat berbagai kendala misalnya penggunaa pestisida kimia dalam mencegah hama dan penyakit pada tanaman masih tinggi dengan dosis dan konsentrasi yang tinggi pula, penggunaan teknik organik yang belum ada. Selain itu, jejaring didalam masyakarat pun masih kurang sehingga terjadi permasahalan dalam pascapanen tanaman di daerah tersebut.
POTENSI WILAYAH
Kecamatan Paguyangan memiliki daerah pertanian yang subur dengan lokasi di kaki gunung Slamet sehingga memiliki jenis tanah Latosol dan Andosol yang memiliki tingkat kesuburan yang baik. Keadaan tersebut ditunjang dengan pengairan yang baik. Sumber air berasal dari pegunungan yang terus mengalir sepanjang tahun. Selain itu juga memiliki curah hujan sangat tinggi yang memungkinkan ketersediaan air yang cukup melimpah. Hal tersebut dikarenakan daerah disekitar gunung Slamet memiliki curah hujan tertinggi di Indonesia hingga mencapai 4000 mm per tahun.
KKP Fakultas Pertanian IPB terbagi dalam enam desa yaitu Desa Pandansari, Cipetung, Ragatunjung, Kretek, Wanatirta, dan Winduaji. Setiap desa tersebut terdapat lima mahasiswa KKP dalam satu tim yang akan bekerjasama dengan petani dan warga dalam mengembangan potensi wilayahnya.
Daerah pertanian di Kecamatan Paguyangan memiliki areal yang sangat luas. Sebagian besar wilayah merupakan lahan pertanian yang sangat berpotensi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Komoditas utama pertanian Kecamatan Paguyangan adalah padi. Terdapat pula sayuran, tanaman perkebunan, tanaman kehutanan, dan peternakan. Pola pertanian terpadu akan sangat menguntungkan bagi petani yang mengembangkan pertaniannya untuk lebih maju. Pertanian terpadu merupakan pola penggabungan aspek pertanian seperti persawahan, peternakan, perkebunan, kehutanan, tanaman hortukultura, dan perikanan.
Kecamatan paguyangan juga memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan. Potensi wisata antara lain terdapat di kebun the PTPN X Kaligua, candi di Desa Wanatirta, curug, waduk Penjalin di Desa Winduaji. Potensi wisata tersebut dapat dikembangkan untuk menambah daya saing Kecamatan Paguyangan dan Kabupaten Brebes dalam menunjang APBD.
KENDALA DALAM PELAKSANAAN KKP
Kendala yang dihadapi mahasiswa KKP Fakultas Pertanian antara lain sebagai berikut:
1. Kurang pahamnya masyarakat terhadap teknik budidaya tanaman secara baik sehingga sebagian besar masyarakat di desa ini tidak memperhatikan kebersihan lahan mereka, jarak tanam serta dosis pupuk atau pestisida yang mereka gunakan
2. Pengetahuan petani tentang pupuk dan pemakaian pestisida yang terbatas sehingga berdampak buruk pada lingkungan sehingga sulit untuk mengembangkan pertanian organik secara luas
3. Petani di daerah dataran rendah Paguyangan memiliki pola tanam padi terus menerus sehingga sudah menjadi budaya dalam menanam padi.
4. Sumber keperluan pertanian untuk menjunjang kegiatan program seperti pembelian pupuk dan kebutuhan administrasi lainnya jauh dari desa
5. Terdapat petani yang kurang menerima metode pertanian yang disampaikan mahasiswa
REKOMENDASI
Pengembangan pertanian masyarakat desa merupakan hal yang menjadi keharusan bagi pemerintah daerah Kabupaten Brebes untuk melakukannya. Pertanian merupakan sektor utama perekonomian masyarakat. Kemajuan sektor pertanian akan berkorelasi dengan kemajuan perekonomian masyarakat dan daerah.
Pelaksanaan pengembangan pertanian masyarakat dapat didukung dengan diintensifkannya program penyuluhan pertanian melalui sekolah lapang pertanian yang dilakukan oleh petugas penyuluh lapang (PPL). Pengalokasian dana untuk kegiatan sekolah lapang pertanian perlu ditingkatkan oleh Pemerintah Daerah. Dana yang memadai merupakan faktor penting untuk membiayai program pengembangan pertanian.
Program kegiatan untuk pengembangan pertanian masyarakat yang perlu diadakan antara lain adalah membangun pertanian organik dengan menggunakan pupuk organik (kompos), pestisida nabati, pupuk hayati, serta menghindari bahan kimia dalam penggunaannya di lahan pertanian. Mendidik petani untuk berpola pikir kelestarian alam sangat penting untuk menjadi dasar pengambangan pertanian organik.
Di Desa Winduaji memiliki Waduk Penjalin yang memiliki potensi wisata dan pengairan. Pemerintah Daerah direkomendasikan untuk mengmbangkan pariwisata dan pengairan pertanian dari lahan tersebut. Potensi wisata air menjadi salahsatu pilihan dalam pengembangan wisata waduk. Air yang berasal dari desa tersebut digunakan untuk pengairan lahan pertanian di Brebes utara sehingga daerah di sekitar waduk tidak mendapat air untuk pengairan. Kami merekomendasikan kepada Pemerintah Daerah untuk membuat bangunan irigasi yang mengalirkan air di waduk ke lahan petani di sekitar waduk.
PROGRAM DAN PELAKSANAAN
Pestisida Nabati
Pestisida nabati merupakan salah satu program dari kuliah kerja profesi IPB 2010 di daerah Paguyangan desa Widuaji. Kegiatan yang dilakukan berhubungan dengan program pestisida nabati ialah penyuluhan pestisida, praktek pembuatan pestisida nabati dan aplikasi pestisida nabati.
Penyuluhan pestisida nabati dilaksanakan bersamaan dengan penyuluhan tentang composting(pembuatan kompos), penyuluhan tersebut dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2010 di rumah kepala dusun 04 Winduaji. Penyuluhan pestisida nabati ini dihadir oleh sejumlah petani, petani yang hadir merupakan anggota dari Kelompok Tani Aji Jaya. Adapun jumlah petani yang mengikuti penyuluhan tersebut berjumlah 6 (enam) orang petani yang berada disekitar Kadus 04. Penyuluhan yang dilakukan membahas tentang bahan-bahan atau tanaman yang dapat dijadikan sebagai pestisida nabati, peralatan yang dapat dipergunakan dan cara pembuatannya serta keuntungan dari penggunaan pestisida nabati bagi petani. Penyuluhan tentang pestisida nabati mempunyai tujuan untuk memberikan rekomendasi kepada petani untuk dapat membuat pestisida nabati guna mengurangi penggunaan pestisida kimia yang sering digunakan secara berlebihan di daerah Winduaji. Selain melakukan penyuluhan pestisida nabati kepada petani, dilakukan juga cara pembuatan pestisida nabati, bahan dan peralatan yang digunakan merupakan bahan dan peralatan yang mudah ditemukan di daerah setempat.
Aplikasi pestisida nabati dilakukan di area persawahan padi. Aplikasi atau penyemprotan dilaksanakan pada tanggal 17 Juli 2010 di area sawah padi Bapak Komari yang berumur 40 hari atau 1 bulan lebih 10 hari. Bahan pestisida yang digunakan adalah tanaman badotan yang tidak disukai oleh hewan ternak. Selain tanaman badotan, bahan lain yang digunakan sebagai pestisida nabati, antara lain umbi gadung, kamijara (sereh), laos. Pembuatan pestisida nabati tidak memerlukan waktu yang lama dan cara yang terlalu rumit. Cara pembuatan dari pestisida nabati yaitu bahan-bahan yang digunakan pada awalnya ditumbuk sampai halus, kemudian dimasukan ke dalam ember setelah itu dicampurkan dengan air sekitar 2 liter. Setelah bahan tercampur kemudian didiamkan selama 1 malam dalam keadaan kedap udara(tanpa udara). Setelah semalam didiamkan campuran tersebur disaring untuk mendapatkan ekstrak dari tanaman yang digunakan sebagai bahan pestisida nabati dan dimasukkan kedalam botol bekas. Sebelum melakukan penyemprotan cairan diencerkan atau ditambahkan dengan menggunakan 10 liter air dan ditambahkan dengan sedikit sabun (detergen). Sabun atau detergen yang digunakan dimaksudkan sebagai perekat cairan pestisida nabati pada permukaan tanaman padi. Pengamatan terhadap area sawah dilakukan satu minggu setelah penyemprotan. Berdasarkan hasil pengamatan setelah 1 minggu dan pengamatan dari pemilik area persawahan, tingkat populasi dari hama pada padi menjadi berkurang dan tidak berdampak buruk terhadap kesehatan.
Composting
Penyuluhan dan praktek kompos dilakukan pada tanggal 12 Juli 2010 di Kadus 4, Winduaji dan tanggal 13 Agustus 2010 di Kadus 1, Winduaji. Pada penyuluhan dan praktek pembuatan kompos 1, dihadiri kurang lebih 6 orang, sedangkan pada penyuluhan dan praktek pembuatan kompos 2, dihadiri kurang lebih 10 orang.
Kegiatan composting umumnya berjalan baik, karena bahan-bahan yang digunkan tidak sulit dicari dan proses pembuatannya juga sederhana. Bahan-bahan yang digunakan antara lain berupa bonggol pisang, jerami, kotoran hewan, dedak, dan juga keong sawah. Kompos tersebut dibuat di atas tanah dengan ukuran 1m x 1m x 1m dengan ditutupi terpal di atasnya.
Petani umumnya antusias dalam menyaksikan proses pembuatan kompos, karena sebelumnya petani bahkan belum mengetahui apa itu kompos. Hal tersebut mendorong untuk dilakukannya kembali penyuluhan dan praktek pembuatan kompos di Kadus 1, Winduaji, bekerjasama dengan mahasiswa Universitas Jendral Soedirman.
Proses perawatan kompos dilakukan dengan pembalikkan kompos setiap 3-7 hari sekali berikut dengan proses penyemprotan MOL (Mikroorganisme Lokal) setiap minggunya.
Hasil kompos yang telah matang, rencananya akan diberikan kepada para petani di acara pelepasan mahasiswa KKP IPB 2010 di Desa Winduaji. Kompos yang telah matang tersebut juga telah disaksikan oleh para petani sekaligus dosen pembimbing KKP, bapak Ir. Hermanu Wijaya, MSc.
SRI-Organik
Penyuluhan SRI-organik telah dilakukan pada tanggal 23 Juli 2010, sementara penyemaian SRI-organik dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2010. Pada penyuluhan tersebut, tercatat dihadiri oleh 12 orang petani. Pada penyuluhan, selain diberikan handout bahan SRI-organik, ditampilkan pula video SRI-organik untuk memberikan motivasi bagi petani untuk mencoba program SRI tersebut. Hal ini karena pola SRI-organik tentunya akan sangat berbeda dengan pola penanaman padi sawah secara konvensional.
Pada penyuluhan SRI-organik, sebenarnya terdapat beberapa petani yang tertarik untuk mencoba pola penanaman SRI ini. Namun, ketika kami ingin mempraktekkan pola penanaman SRI langsung di lapang, petani tidak bersedia memberikan demplot sawah untuk praktek SRI karena takut praktek SRI tersebut gagal. Hal ini disebabkan sawah yang biasa mereka garap bukanlah sawah milik mereka. Selain itu, di desa Winduaji sendiri, belum terdapat petani organic. Sehingga menurut mereka, kompos merupakan barang baru, dan agak sulit merubah paradigma mereka yang selama ini memupuk dengan menggunakan pupuk Urea, menjadi memupuk dengan kompos.
Sehingga, aplikasi penyuluhan SRI-organik hanya dapat dilakukan hingga tahap penyemaian dalam nampan. Penyemaian dilakukan pada nampan berukuran 20×15 cm. Penyemaian dilakukan dengan menggunakan kompos dan juga melakukan uji benih terlebih dahulu.
Pertanaman Sayur Organik
Penanaman sayuran organik dilakukan di lahan petani dan pekarangan rumah warga. Petani di Desa Winduaji tidak menanam sayuran sebagai komoditas pertanian mereka. Sayuran ditanam hanya sebagai tanaman selingan saja. Kegiatan menanam sayuran organik ini bermanfaat untuk melatih petani untuk terbiasa menanam secara organik dan melakukan diversifikasi tanaman.
Sayuran yang ditanam yaitu kangkung, caisin, dan bayam. Kangkung ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Caisin dan bayam di tanam dalam larikan dengan jarak antar larikan 20 cm. Sebelum penanaman, tanah di pupuk dengan menggunakan pupuk organik dengan dosis 2 ton per hektar.
Setiap minggunya sayuran disemprot dengan zat pengatur tumbuh cair dan tanahnya disemprot dengan pupuk hayati majemuk cair. Zat pengatur tumbuh berguna untuk mempercepat pertumbuhan vegetatif sayuran dan pupuk hayati majemuk cair berguna untuk menambahkan mikroorganisme tanah supaya penyerapan hara berlangsung lebih baik.
Pada sela-sela antar bedengan diberikan mulsa vertikal dengan menggunakan jerami padi. Mulsa vertikal ini bermanfaat untuk menarik oraganisme tanah mendekomposikan bahan organik yang terdapat pada jerami tersebut.
Agrischool for Children
Agrischool for Children untuk SD N Winduaji 4 dapat dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil kuisioner yang berupa pertanyaan sebelum pemberian materi (pre test) dapat diketahui pengetahuan anak-anak SD N Winduaji 4 Desa Winduaji rata-rata pengetahuan tentang pertanian dan lingkupnya sebesar 40%, sedangkan pengetahuan tentang hama da penyakit tanaman sekitar 25%, pengetahuan tentang fauna tanah sebesar 40%, serta pengetahuan tentang pemanasan global dan efeknya 10%. Hal ini membuktikan bahwa kurangnya pengetahuan mereka tentang keempat hal tersebut diatas. Pemberian materi sendiri dibagi menjadi 3 kelas yaitu kelas 4, kelas 5, dan kelas 6. Jumlah murid rata-rata masing-masing kelas yaitu 18 orang.
Teknis pemberian materi sangat sederhana yakni dengan diskusi dua arah. Setelah pemberian materi diadakan pula post test, dari hasil post test tersebut dapat diketahui pengetahuan mereka tentang pertanian dan lingkupnya mencapai 95%, tentang hama dan penyakit tanaman 90%, fauna tanah 95%, serta pemanasan global dan efeknya sebesar 85%.
Bagan pengetahuan anak-anak SD N Winduaji 4 sebelum pemberian materi
Bagan pengetahuan anak-anak SD N Winduaji 4 setelah pemberian materi
Kendala yang dialami adalah jauhnya tempat untuk memperbanyak pertanyaan, serta alat peraga yang dipakai sedikit karena jarang bisa didapatkan di desa.
Perancangan Taman Rumah
Perancangan taman yang berbasis pemanenan air hujan telah diterapkan di taman rumah kepala dusun IV desa Winduaji. Pemilihan tempat tersebut dikarenakan lahan yang cukup luas dan atas ketersediaan pemilik rumah. Taman yang sebelumnya sudah ada kini diperbaiki kembali agar menjadi lebih estetis/ indah dan bernilai fungsional. Untuk proses pemanenan air hujan diterapkan dengan membuat sebuah lobang cekungan yang lebih rendah dari sekitarnya. Kemudian cekungan tersebut ditutup dengan batu krikil agar memberi sedikit kesan estetis. Kendala dalam pembuatan taman rumah ini adalah pada saat pembersihan lahan terdapat banyak gulma dan pecahan-pecahan material batu dan tanaman yang tersedia sedikit monoton atau kurang beragam.
Untuk kegiatan perancangan taman berikutnya sebaiknya melibatkan warga sekitar agar dapat memberikan manfaat kepada warga berupa ilmu tentan pembuatan taman dan cara perbanyakan tanaman, khususnya tanaman untuk taman.
Perancangan Taman Sekolah
Pembuatan taman dilakukan dihalaman belakang sekolah. Halaman belakag sekolah ini memiliki suatu potensi yang cukup baik karena menghadap ke sebuah waduk, hal ini akan memberikan suatu pemandangan yang cukup bagus. Perancangan taman menggunakan pola organik /dinamis agar memberikan kesan rilex/ santai. Hal ini dimaksudkan agar meberikan kesimbangan dari kesan foemal sekolah tersebut. Taman itu sendiri berisi tanaman – tanaman lokal yang umumnya adalah tanaman tropis. Untuk fungsi edukasinya sendiri kita menanam beberapa jenis tanaman sayuran seperti bayam dan kangkung. Dari sini mereka akan mengenal cara tanaman tersebut dari pengecambahan hingga pemanenan. Kendala dalam pembuatan taman sekolah ini terdapat pada tanah yang agak kering, seihngga membutuhkan penyiraman yang intensif. Letaknya yang dekat dekat dengan tanaman bambu membuat taman ini kotor dengan daun kering bambu dan taman ini terletak antara sekolah dan kamar mandi sehingga sirkulasi internsif dan kemungkinan tanaman terinjak oleh pengguna cukup besar, namun dapat diatasi. Untuk pembuatan taman – taman pada umumnya sebaiknya menggunakan tanaman yang ada atau memanfaatkan kearifan lokal. Melibatkan pihak sekolah baik guru, petugas sekolah dan siswa, sehingga mereka bisa merasa ikut memiliki taman tersebut dan juga manfaat lainnya adalah ada interkasi antara mahasiswa KKP dengan warga sekolah.
PEMBAHASAN UMUM
Kegiatan kuliah kerja profesi (KKP) Desa Winduaji Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes berjalan sukses. Kegiatan ini berlangsung kurang lebih 2 bulan. Program yang dijalankan adalah penanaman sayur organik, agrischool for children, pembuatan pestisida nabati, pembuatan taman sekolah dan taman rumah eksotis, penyuluhan dan praktik SRI (System of Rice Intensification) organik , pola pemupukan berimbang, pembuatan kompos, serta pembibitan dan penanaman tanaman Jabon.
Kegiatan awal yang dilaksanakan yakni survey lokasi dan potensi wilayah, serta teknologi yang digunakan di desa ini, setelah berkumpul dan berdiskusi dengan kelompok tani di desa ini, maka disusun pula program tersebut diatas. Program yang lebih dahulu dilaksanan yaitu pengomposan. Pengomposan ini dengan metode sample menggunakan bahan-bahan yang terdapat di desa ini sendiri, pelaksanaan dilakukan dengan petani. Petani di desa Winduaji sama sekali tidak pernah membuat kompos dan tidak mengerti ilmu dan cara pengomposan. Petani di desa ini sangat antusias dan memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi. Sebelum praktik, kelompok KKP memberikan materi tentang kompos serta gunanya. Setelah pemberian materi, langsung turun lapang dan praktik pengomposan.
Bahan yang digunakan sebagai mikroorganisme local (MOL) yaitu keong (dalam bahasa desa yakni keracak) dan pisang busuk. MOL ini diinkubasi selama 7 hari terlebih dahulu sebelum praktik. Bahan penolong kompos yang digunakan adalah jerami, dedak bekatul, serbuk gergaji, kotoran ternak (kotoran ayam), serta debuk pisang. Hal kecil yang juga menjadi penting dalam praktik lapang ini adalah mahasiswa juga harus ikut mempelajari bahasa yang digunakan di daerah tersebut agar system yang akan dilakukan menjadi lebih mudah dan efisien. Praktik yang dilakukan dalam pengomposan ini dengan 3 lapisan serta ditutup dengan terpal. Kompos berhasil tidak berbau, warna menjadi gelap, membentuk seperti tanah dan volume menciut dalam waktu 4 minggu setelah pembuatan. Petani awalnya tidak yakin akan jadinya kompos ini, salah satu kekurangan petani desa ini adalah rasa takut yang berlebihan akan sesuatu yang baru sehingga menanam padi pun tanpa adanya rotasi. Setelah melihat kompos yang dibuat berhasil 100% sempurna sesuai dengan teori yang sebelumnya diberikan, maka rasa ingin mencoba itu mulai tumbuh. Kompos yang jadi ini langsung digunakan untuk program berikutnya.
Program berikutnya yang berhasil adalah penanaman sayur organik, desa ini juga tidak pernah menanam sayur di lahan, hal ini juga dikarenakan rasa takut gagal panen yang berlebihan. Metode yang digunakan dalam penanaman sayur organic ini meminjam salah satu lahan petani desa tersebut, praktik dilakukan diawali dengan pembuatan bedengan. Bedengan yang jadi sebanyak 15 bedengan dengan luas rata-rata bedeng kurang lebih 9 m x 1 m. bedengan yang telah jadi ditaburi kompos atau pupuk organic, kemudian dibuatlah lubang tanam dan alur. Sayur yang ditanam adalah kangkung, caisin, dan bayam dengan masing-masing jenis sebanyak 5 bedeng. Sayur kangkung ditanam dengan teknik lubang tanam, sedangkan caisin dan bayam dengan alur. Setelah 1 minggu setelah tanam (MST), dihitung daya tumbuhnya sebesar 98 %. Hal ini membuktikan kepada petani bahwa lahan tersebut mampu ditanami sayuran. Penyemprotan bioaktivator juga dilakukan yakni dengan penumbuh auksin Hormax dan Bio-extreme pada lahan tersebut. Sayur yang terlebih dahulu dipanen yaitu caisin, caisin tumbuh sangat baik dan segar. Sayur dipanen setelah 4 MST.
Program berikutnya yang berjalan sukses yaitu agrischool for children yang hanya dilaksanakan di satu sekolah dasar yakni SD N Winduaji 4, hal ini dikarenakan waktu yang sangat singkat. Kegiatan ini diikuti prsktik langsung menanam sayur dalam polybag (tayurambag). Anak-anak yang diajarkan awalnya kurang antusias, hipotesis awal yaitu anak-anak kurang memahami maksud pemateri, hal ini terjadi pada 1 jam pertama, teknis diubah pada 1 jam berikutnya yakni diselingi jawab pertanyaan dan model sample yang diberikan seperti pembagian permen serta pembuangan sampahnya pada kotak sampah organic dan anorganik. Melalui praktik ini, anak-anak memahami perbedaan sampah organic dan anorganik. Selain itu, pengenalan perbedaan benih dan bibit juga dilakukan. Hal yang juga menjadi penting adalah bahasa daerah yang digunakan, misalnya ketika bagian hama dan penyakit tanaman tentang serangga belalang sembah (mantodea/mantydae), mereka disana menyebutnya kedehe, serta jenis kupu-kupu dan metamorfosisnya. Program ini berlangsung 2 hari, hari pertama materi dan hari berikutnya praktik menanam, bahkan polybag sendiri mereka tidak mengetahui namanya. Setelah diberikan polybag, maka mereka mengisi media masing-masing. Kelompok KKP ingin mengetahui jenis tanah seperti apa yang mereka bawa dengan materi yang telah diberikan, sebanyak 90% anak membawa tanah yang criteria subur yakni berwarna gelap. Kemudian praktik dimulai dengan menanam kangkung dan bayam di polybag. Setelah 2 MST anak-anak dikumpulkan untuk membedakan mana yang tumbuhan kangkung dan mana yang tumbuhan bayam. Anak-anak pun mengerti serta tanaman mereka dibwa pulang masing-masing.
Kegiatan lain yang telah dilaksanakan yaitu pembuatan taman eksotis, taman yang dibuat dirancang terlebih dahulu, kemudian dilakukan pematokan, taman ini dibuat di SD N Winduaji 4, dikarenakan tamannya yang sedikit kurang rapih sementara penikmat taman tersebut adalah anak-anak yang memerlukan sedikit keindahan. Taman dibuat dengan konsep dinamis. Bahan tanaman yang digunakan adalah rumput jepang (suket) dan beberapa tanaman seperti palm merah, akasia, dan sedikit lidah mertua. Kombinasi yang dibentuk sederhana tapi indah, taman ini dirawat 3-4 kali seminggu sampai suket yang ditanam tumbuh segar. Hal yang sama dilaksanakan pula di pekarangan rumah sebagai sample.
Kegiatan berikutnya yaitu penyuluhan dan pembibitan padi SRI organik. penyuluhan ini juga dihadiri oleh penyuluh lapang desa serta kelompok tani Adijaya (kelompok tani desa Winduaji). Dalam kegiatan ini dipraktikkan cara terpadu dengan merendam benih padi ke larutan garam 3 %, dan persemaian yang hanya 1 benih per lubang tanam. Setelah melakukan penyuluhan dan persemaian di nampan, maka keesokan harinya praktik d sawah dengan teknik budidaya system jajar legowo.
Pembuatan pestisida nabati memanfaatkan tanaman yang tersedia di desa. Hama yang belakangan menyerang tanaman padi yaitu hama putih. Melihat hama ini, maka dibuat pestisida nabati dari ekstrak tanaman gadung, tanaman babadotan, tanaman laos, tanaman sereh, dan tanaman odorata. Praktik penyemprotan juga dilakukan pada salah satu lahan petani yang pertumbuhan padinya masih vegetative. Pada kegiatan ini diperkenalkan pula alat sempot model backyard sprayer serta cara pemakaiannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan KKP Desa Winduaji berjalan sukses dengan dibuktikannya keberhasilan kompos, sayur organic, penyuluhan-penyuluhan yang dihadiri oleh banyak petani, pemahaman anak-anak tentang pertanian dan lingkupnya, agroforestry, persemaian, serta berhasilnya taman eksotis.
Hal kecil yang sangat penting adalah pemahaman bahasa di suatu daerah agar program dapat berjalan efektid dan efisien. Membuktikan teori dengan praktik langsung akan memperluas wawasan petani serta meminimalisir rasa takut untuk mencoba serta memperkecil sugesti akan buruknya mahasiswa yang menjadikan petani sebagai ajang uji coba.
TABEL JURNAL KEGIATAN
(Terlampir)
PETA WILAYAH
(Terlampir)
FOTO KEGIATAN
(Terlampir)
ANGGARAN BIAYA KEGIATAN
(Terlampir)
ABSENSI KEHADIRAN
(Terlampir)